Rabu, 22 Mei 2013

Teori Konsumsi dalam Islam


BAB I
PENDAHULUAN

            Bab ini menyajikan teori konsumsi. Teori konsumsi itu ada dua yaitu konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain :  Faktor Ekonomi, Faktor Demografi dan Faktor-faktor Non Ekonomi.

           Dalam hal ini ilmuwan dan tokoh pemikiran ekonomi yaitu Keynes berpendapat bahwa pengeluaran masyarakat untuk konsumsi dpengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapat mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat konsumsi. Selain itu, pendapatan juga berpengaruh terhadap tabungan. Semakin tinggi pendapatan, semakin besar pula tabungannya karena tabungan merupakan bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi. Walaupun pendapatan penting peranannya dalam menentukan konsumsi, peranan faktor-faktor lain tidak boleh diabaikan. Dibawah ini diterangkan beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat konsumsi dan tabungan: Kekayaan yang terkumpul, tingkat bunga, sikap berhemat, keadaan perekonomian dan distribusi pendapatan.

Dalam hal ini Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposable.




BAB II
PEMBAHASAN
A.Perilaku konsumen
Perilaku Konsumen dan Teori konsumsi dalam ekonomi islam. Perilaku konsumen adalah kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasanya. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai teori perilaku konsumen ini perlu difahami asumsi berikut :

Ø  Konsumen (individual) adalah rasional dalam memutuskan pilihan konsumsinya.
Ø  Konsumen mempunyai banyak pilihan/alternative konsumsi
Ø  Konsumen mempunyai pilihan (preferensi) sendiri atau free choice.

Teori perilaku konsumen dalam system kapitalis sudah melampaui dua tahap. Teori pertama berkaitan dengan teori marginalis, yang berdasarkan teori tersebut pemanfaatan konsumen secara tegas dapat diukur dalam satuan-satuan pokok. Konsumen mencapai keseimbanganya ketika dia memaksimalkan pemanfaatanya sesuai dengan keterbatasan penghasilan, yakni: ketika rasio-rasio pemanfaatan-pemanfaatan marginal dari berbagai komoditas sama dengan rasio-rasio harga-harga uangnya masing-masing. Tahap kedua yang lebih modern mengatur kemungkinan diukurnya dan koordinalitas pemanfaatan itu. Namun berbagai kondisi yang sekarang menjadi kesamaan antara tarif marginal substitusinya, yakni  garis miring dari kurva tetap dan rasio-rasio harga uang, yakni garis miring dari keterbatasan penghasilan itu.

Para penulis muslim memandang perkembangan rasionalisasi dan teori konsumen yang ada selama ini dengan penuh kecurigaan dan menuduhnya sebagai aspek prilaku manusia yang terbatas dan berdimensi tunggal. Mereka menyatakan bahwa ia didasarkan atas “perhitungan-perhitungan cermat yang diarahkan untuk melihat kedepan dan pengawasan terhadap keberhasilan ekonomi,”  sebagaimana dikemukaan oleh max weber. Tetapimereka tidak setuju dengan max weber bahwa alternative menunjuk kepada “rasionalisme ekonomi” adalah “keberadaaan petani yang sangat menderita” atau “tradisionalisme kalangan pedagang yang memiliki hak-hak istimewa”.
Imam al-Ghozali mendefinisikan aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam kerangka sebuah hirarki utilitas individu dan social yang triparti meliputi: kebutuhan (dhoruriat) kesenangan atau kenyamanan (hajaat). Dan kemewahan (tahsiniyat). 

B. Prinsip Dasar Konsumsi
Menurut islam, anugrah-anugrah Allah itu semua milik manusia dan suasana yang menyebabkan sebagian diantara anugrah-anugrah itu berada ditangan orang-orang tertentu tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan anugrah-anugrah itu untuk mereka sendiri, sedangkan orang lain tidak memiliki bagianya sehingga banyak diantara anugrah-anugrah yang diberikan Allah kepada umat manusia itu masih berhak mereka miliki walaupun mereka tidak memperolehnya. Dalam al-Qur’an Allah SWT mengutuk dan membatalkan argument yang dikemukakan oleh orang kaya yang kikir karena ketidak sediaan mereka memberikan bagian atau miliknya ini

Allah berfirman :
“Bila dikatakan kepada mereka, belanjakanlah sebagian rizki Allah yang diberikanNya kepada mu, orang-orang kafir itu berkata “apakah kami harus memberi makan orang-orang yang jika Allah menghendaki akan diberiNya  makan?” sebenarnya kamu benar-benar tersesat.”(Qs.yasiin:47)[3]
Konsumsi berlebih-lebihan yang merupakan cirri khas masyarakat yang tidak mengenal Tuhan, disebut dalam islam dengan istilah israf (pemborosan) atau tabzir (menghabur-hamburkan harta tanpa guna). Tabzir berarti mempergunakan harta dengan cara yang salah, yakni untuk menuju tujuan-tujuan yang terlarang seperti penyuapan, hal-hal yang melanggar hokum atau dengan cara yang tanpa aturan. 

1.   Consumer Behaviour
Perilaku Konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang
Rasonalnya konsumen akan memuaskan konsumsinya sesuai dengan kemampuan barang dan jasa yang dikonsumsi serta kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa tersebut. Dengan demikian kepuasan dan prilaku konsumen dipengaruhi oleh hal-hak sebagai berikut :
Nilai guna (utility) barang dan jasa yang dikonsumsi. Kemampuan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Daya beli dari income konsumen dan ketersediaan barang dipasar.
Kecenderungan Konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi menyangkut pengalaman masa lalu, budaya, selera, serta nilai-nilai yang dianut seperti agama, adat istiadat.

2.    Fungsi utility
Dalam ekonomi, utilitas adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai. Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan kepuasan seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan utilitas adalah util.

Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function) digambarkan oleh kurva indiferen (indifference curve). Biasanya yang digambarkan adalah utility function antara dua barang (atau jasa) yang keduanya memang disukai konsumen.

Dalam membangun teori utility function, digunakan tiga aksioma pilihan rasional.

I.     Completeness
aksioma ini mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukainya diantara dua keadaan. Bila A dan B adalah dua keadaan yang berbeda, maka individu selalu dapat menentukan secara tepat satu diantara tiga kemungkinan ini :
A lebih disukai daripada B
B lebih disukai daripada A
A dan B sama menariknya

II.     Transitivity
aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “A lebih disukai daripada B”, dan “B lebih disukai daripada C”, maka ia pasti akan mengatakan bahwa “A lebih disukai daripada C”. aksioma ini sebelumnya untuk memastikan adanya konsistensi internal didalam diri individu dalam mengambil keputusan.

III.     Continuity
Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “A lebih disukai dari B” maka keadaan yang mendekati A pasti juga lebih disukai daripada B.Kombinasi Jumlah barang x          Jumlah barang y
A         2 Unit  3 Unit
B         3 Unit  2 Unit
C         5 Unit  1 Unit
D         3 Unit  5 Unit
E          4 Unit  4 Unit

Kombinasi titik yang berada pada kurva indifference yang sama memberikan tingkat kepuasan yang sama, sedangkan bila berada pada kurva indifference yang berbeda maka memiliki tingkat kepuasan yang berbeda pula. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa titik A B dan C memberikan tingkat kepuasan yang sama, sedangkan titik D dan E memberikan kepuasan yang lebih tinggi daripada titik A B atau C.

Konsekuensi dari adanya aksioma konsistensi dalam pilihan konsumen, maka antara kurva indifference yang berbeda tidak boleh berpotongan. Jika kurva tersebut berpotongan berarti terjadi pelanggaran terhadap aksioma utility, yaitu tidak adanya konsistensi telah terjadi. Sebagai contoh. Perhatikan gambar dibawah ini :
Kombinasi titik S Q dan R memberikan tingkat kepuasan yang sama yaitu pada kurva indifference U kombinasi pada titik P Q dan T memberikan tingkat kepuasan yang sama yaitu pada kurva indifference U  dari kedua pernyataan diatas terlihat bahwa titik Q berada pada kurva indifference U  dan U  , yang berarti tidak adanya konsistensi tingkat kepuasan pada titik Q,  yang berarti pula telah melanggar aksioma kedua dari utility.

Perilaku konsumen Muslim
Berbeda dengan konsumen konvensional. Seorang muslim dalam penggunaan penghasilanya memiliki 2 sisi, yaitu pertama untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya dan sebagianya lagi untuk dibelanjakan di jalan Allah.

Model Keseimbangan konsumsi islam
Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi islam didasarkan pada prinsip keadilan distribusi. Dalam ekonomi islam. Kepuasan konsumsi seorang Muslim bergantung pada nilai-nilai agama yang diterapkan pada rutinitas kegiatanya, tercermin pada alokasi uang yang dibelanjakanya.

Batasan Konsumsi dalam syari’ah
Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual.
Batasan konsumsi dalam islam tidak hanya memperhatikan aspek halal-haram saja tetapi termasuk pula yang diperhatikan adalah yang baik, cocok, bersih, tidak menjijikan. Larangan israf dan larangan bermegah-megahan.
Begitu pula batasan konsumsi dalam syari’ah tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman saja. Tetapi juga mencakup jenis-jenis komoditi lainya. Pelarangan atau pengharaman konsumsi untuk suatu komoditi bukan tanpa sebab.
Pengharaman untuk komoditi karena zatnya karena antara lain memiliki kaitan langsung dalam membahayakan moral dan spiritual.

Konsumsi social
konsumsi dalam islam tidak hanya untuk materi saja tetapi juga termasuk konsumsi social yang terbentuk dalam zakat dan sedekah. Dalam al-Qur’an dan hadits disebutkan bahwa pengeluaran zakat sedekah mendapat kedudukan penting dalam islam. Sebab hal ini dapat memperkuat sendi-sendi social masyarakat.
zakat
sedekah


A.    FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

B.1.  Konsumsi
Konsumsi (Consumption) adalah Kegiatan mengurangi nilai guna barang dan jasa, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Alat untuk melakukan konsumsi adalah dengan menggunakan pendapatan, maka kossumsi juga sering dartikan bagian pendapatan masyarakat yang digunakan untuk membeli barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan. Bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil seluruh pendapatannya akan habis dipergunakan untuk keperluan konsumsi.
Jika dirumuskan
Y = C
Keterangan :
Y = Yield (pendapatan)
C = Consumption( konsumsi)

Faktor yang mempengaruhi konsumsi ; pendapatan, komposisi keluarga, lingkungan, kepribadian, motivasi, sikap,budaya dan perkiraan masa depan




Fungsi Konsumsi Agregat dan Fungsi Tabungan Agregat
Dalam membahas mengenai pengeluaran konsumsi dan tabungan dari rumahtangga-rumahtangga, yang lebih penting untuk diperhatikan bukanlah pengeluaran konsumsi dan tabungan sesuatu rumahtangga tetapi pengeluaran konsumsi dan tabungan dari seluruh rumahtangga. Pengeluaran konsumsi dan tabungan dari seluruh masyarakat dalam perekonomian dinamakan pengeluaran konsumsi agregat dan tabungan agregat. Pengeluaran konsumsi agregat adalah jumlah daripada pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumahtangga yang ada dalam perekonomian. Demikian juga, tabungan agregat adalah jumlah dari tabungan-tabungan yang dibuat oleh seluruh rumah tangga. Ciri-ciri daripada pengeluaran konsumsi agregat tidak berbeda dengan ciri-ciri pengeluaran konsumsi suatu rumahtangga, dan ciri-ciri tabungan agregat tidak berbeda dengan ciri-ciri tabungan suatu rumahtangga.

Karena suatu perekonomian terdiri dari beribu-ribu atau berjuta-juta rumahtangga, kemungkinannya adalah kecil sekali bahwa fungsi konsumsi agregat adalah sama dengan fungsi konsumsi suatu rumahtangga. Bentuk fungsi konsumsi agregat bukan ditentukan oleh bentuk fungsi konsumsi suatu rumahtangga tetapi oleh fungsi konsumsi dari sebagian besar rumahtangga dalam perekonomian. Apabila banyak diantara mereka berkecondongan untuk menabung bagian yang cukup besar daripada pertambahan pendapatan mereka, maka fungsi konsumsi agregat tidak terlalu condong (lebih landai) bentuknya. Ini berarti kecondongan mengkonsumsi marginal adalah tidak terlalu besar. Akan tetapi apabila sebagian besar masyarakat membelanjakan hamper seluruh pendapatannya untuk konsumsi, maka fungsi konsumsi agregat bentuknya sangat condong, dan berarti bahwa kecondongan mengkonsumsi marginal sangat tinggi.




















BAB III
KESIMPULAN

Perilaku konsumen adalah kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasanya.
Prinsip Dasar Konsumsi  anugrah-anugrah Allah itu semua milik manusia dan suasana yang menyebabkan sebagian diantara anugrah-anugrah itu berada ditangan orang-orang tertentu tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan anugrah-anugrah itu untuk mereka sendiri, sedangkan orang lain tidak memiliki bagianya sehingga banyak diantara anugrah-anugrah yang diberikan Allah kepada umat manusia itu masih berhak mereka miliki walaupun mereka tidak memperolehnya.
Perilaku Konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka.
Fungsi utility :
Completeness
Transitivity
Continuity


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami,(Jakarta,PT. Raja Grafindo Persada, 2007)
Kahf, Monzer, Ekonomi Islam. (yogyakarta, pustaka pelajar,1995)
 Monzer Kahf, Ekonomi Islam.hal.17
 Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami, hal.62
Surat Yasiin
Monzer Kahf, Ekonomi Islam.
http://organisasi.org/perilaku-konsumen-ringkasan-rangkuman-resume-mata-kuliah-ekonomi-manajemen
Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami.

[1] Monzer Kahf, Ekonomi Islam.hal.17
[2] Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami, hal.62
[3] Qs.yasiin : 47
[4] Monzer Kahf, Ekonomi Islam.hal.hal.27-28
[6] Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami, hal,64-66

Tidak ada komentar:

Posting Komentar